Mengenal Sadiyo Cipto Wiyono: Sosok Kakek Pemulung Penambal Jalan, Gayung Bersambut “Jeglongan Sewu”

Mengenal Sadiyo Cipto Wiyono: Sosok Kakek Pemulung Penambal Jalan, Gayung Bersambut “Jeglongan Sewu”. Sragen-WartaSolo.com. Kakek yang baik hati itu adalah Sadiyo Cipto Wiyono (65) sering di panggil Mbah Sadiyo. Seorang pemulung yang suka menambal lubang jalan dari sebagian menyisihkan riskinya. Peristiwa Mbh Sadiyo bak gayung bersambut dari pemerintahan kota Sragen. Sebelumnya sempat beredar santer di Sragen mengenai kondisi jalan berlubang dengan sebutan “Jeglongan Sewu”.
Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, mengatakan aksi Mbah Sadiyo akan disambut dengan gerakan menutup lubang pada jalan serentak, Kamis (3/3/2017). Semua terlibat, mulai dari PNS, TNI, dan warga. Dana bersumber dari urunan (sumbangan) PNS, CSR, dan warga.
“Kami sangat berterima kasih atas kepedulian beliau. Ini wujud kepedulian dan cinta Sragen,” ujar Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati, Rabu (2/3/2017).
BACA JUGA:
Mbah Sadiyo memberikan bukti bahwa tanggung jawab bagusnya jalan untuk pengguna bisa dilakukan oleh dirinya, notabene rakyat kecil.
Mbak Yuni, panggilan khas Bupati Sragen tersebut memberikan komentar atas kondisi jalan di beberapa daerahnya. Melihat dari kejadian akhir-akhir ini, hujan yang hampir setiap hari, lalu lalang kendaraan berat, pribadi dan sepeda motor semakin membuat berat kondisi jalan yang ada. Bahwa jadwal perbaikan masih menunggu proses lelang.
“Gerakan ini sebagai jawaban atas keresahan warga terkait kondisi jalan yang rusak. Semua pekerjaan belum bisa dilakukan karena menunggu proses lelang,” kata Mbk Yuni, (2/3/2017).
Kakek ini telah 5 tahun sejak 2012 melakukan pekerjaan menambal lobang jalan. Tempat tinggal Mbah Sadiyo ada di Dukuh Grasak RT 42 RW 11, Desa dan Kecamatan Gondang, Sragen. Ia hidup bersama istrinya Tumirah (65). Sedangkan 3 anaknya tinggal di Bekasi. Di rumah, mereka bersama seorang cucu lakik-laki yang sudah yatim piatu.
Sekilas Kehidupan Mbah Sadiyo
Sadiyo Cipto Wiyono (65) alias Mbah Sadiyo suka mengumpulkan barang-barang bekas. Bertumpuk-tumpuk rongsokan ia bawa menggunakan becaknya. Ayuhan demi ayuhan Mbh Sadiyo harus berkeliling untuk mengumpulkan rongsokan (barang bekas rumah tangga) untuk daur ulang.
Profesi menjadi pemulung dimulai sejak pulang dari Jakarta beberapa tahun lalu. Barang-barang seperti botol bekas air mineral, kardus, dan besi-besi keropos dikumpulkan di halaman depan. Setelah sesuai target pengumpulan barulah dijual ke pengepul.
Satu kisah Sadiyo pernah menjumpai seorang ibu yang menggendong bayinya menuntun motor yang macet karena kehabisan bensin.
“Hati saya terketuk melihat semua itu. Kasihan ibu dan bayinya. Sejak itu saya selalu menyediakan tiga botol bekas air kemasan berisi bensin. Botol-botol itu saya berikan sukarela kepada siapa pun yang kehabisan bensin,” ujarnya Sadiyo (15/2/2017).
Sejak Tahun 2012
Kabar orang-orang terjatuh termasuk tetangganya membuat Sadiyo terbesit dalam hatinya untuk menolong mereka dengan menambal jalan berkolang. Dari niat dia yang diharapkan adalah amal baik yang bernilai ibadah. Ia mulai menambal mulai tahun 2012 lalu hingga sekarang.
Fokus pada 2012 lalu adalah jalan Gondang-Banaran. Sedangkan tahun ini, 2017, Sadiyo fokus pada penambalan lubang di jalan Gondang-Tunjungan.
Biaya menambal lubang jalan diambil dari sisa rezekinya dari hasil penjualan barang rongsokan. Biasanya, Sadiyo menyisakan uang untuk beli semen. Sementara itu untuk kebutuhan material pasir dan batu dicari dari lingkungan sekitar.
Tak sedikit warga yang mengapresiasi inisiatif Sadiyo, namun ada juga beberapa orang yang mencemoohnya. Semua itu tak dihiraukan Sadiyo karena niatnya hanya beribadah.
Aksi Mandiri
Semua material itu diangkut Sadiyo sendirian menggunakan becak tuanya. “Tidak ada yang mau seperti saya. Tapi ada yang perhatian juga. Tahu-tahu ada yang membelikan rokok dan minuman untuk melepas dahaga. Ada pula yang menawari pasir untuk tambahan material. Kalau ada yang ngasih uang banyak walaupun sebenarnya untuk keluarga, tetap saya niatkan untuk beli material menambal lubang jalan,” kata dia.
Sadiyo menambal lubang-lubang jalan tersebut karena tidak ingin ada korban yang terjatuh sehingga harus dibawa ke rumah sakit. Kini Sadiyo harus istirahat untuk sementara waktu karena masuk angin dan kelelahan bekerja. “Setelah sembuh ya bekerja lagi. Masih banyak lubang jalan yang harus saya tambal,” tutur dia.
Sosok langka atas kepedulian sosial ditunjukkan seorang kakek berusia 65 tahun, Mbh Sadiyo. Kisah ini hendaknya mampu memberikan suntikan motivasi setiap warga. Dan menjadi stimulan aparatur untuk segera menindaklanjuti segala hal yang berkaitan dengan program-program untuk masyarakat banyak. BACA JUGA: Banjir Solo Maret 2017, Sejumlah Rumah Tergenang Air. [M. Anis – WartaSolo.com]