Kisah Hikmah Poligami dengan 3 Istri: Sunnah Nabi yang Dilupakan

Kisah Hikmah Poligami dengan 3 Istri Terbaru

Kisah Hikmah Poligami dengan 3 Istri: Sunnah Nabi yang Dilupakan. Kisah-kisah pelaku poligami yang adil dan bisa menjadi contoh kekinian sebenarnya banyak beredar. Hanya saja kadang media tak terlalu minat membahasnya. Di sini akan dishare salah satu kisah poligami dengan 3 istri yang berjalan apik, unik, mengispirasi dan menggugah setiap kaum adam untuk bisa dicontoh agar bisa di aplikasikan dengan baik.

Poligami bagi muslim sudah ada aturan yang jelas. Dalil naqli maupun aqli saling menguatkan dan mendukung pentingnya melakukan poligami. Kisah-kisah poligami menyeruak keangkasa seperti berita buruan papan atas infotainment. Mulai dari seluk beluk istri pertama. Cantiknya istri kedua. Kisah lamaran ke istri ketiga dan seterusnya hingga akurnya semua istri tak pernah habis dibahas apalagi mengenai isu skandal poligami seorang ustadz.

Poligami memiliki hikmah dan manfaat besar bagi kehidupan. Hanya saja pelaku poligami juga kerap dituduh miring. Sunnah nabi yang satu ini memang memiliki konsukuensi tinggi bagi seorang muslim. Dengan poligami jannah (surga) terbuka lebar untuknya tak sedikit pula dalil yang mengancam mereka dengan neraka. Fakta keadilan sering menjadi buah bibir yang tak kunjung habis menjadi konsumsi berita.

Ketika sunnah nabi ini dituduh sebagai hal yang tabu maka sebenarnya jujur untuk diketahui bahwa sejarah pendiri bangsa manapun tidak terlepas dari kisah poligami. Hatta kisah poligami para tokoh bangsa ini. Poligami dalam Islam memiliki batasan yang jelas mulai dengan hanya 4 istri saja sampai sikap adil menjadi syarat yang sering didengar.

BACA JUGA: Kisah Perjuangan Ayah yang Tak Pernah Mengeluh: Dia Pulang Malam Demi Sesuap Nasi

Kisah ini di ceritakan dari seseorang yang telah melakukan poligami dengan 3 istri.

Berikut kisah hikmah poligami dengan 3 istri dalam menjalani sunnah nabi yang dilupakan: 

Ketika poligami menjadi sesuatu yang menakutkan, kami sudah menjalaninya dengan menyenangkan. Aku dikaruniai 3 “istri” yang sangat mendukung perjuanganku. Ketiga istriku saling bersinergi menghadirkan surga di dunia ini semoga menuju surga sebenarnya nanti.

Aku menikahi “istri” pertamaku pada saat usiaku masih sangat belia. Aku jatuh hati pada pandangan pertama.Tak perlu waktu lama untuk memproses pernikahanku. Istri pertamaku sangat sayang kepadaku, ia selalu menuntun dan membimbingku setiap aku ditimpa masalah dalam hidup.

Aku tak akan pernah kehilangan cinta kepadanya. Istri pertamakulah yang menunjukkan aku pada calon “istri” keduaku. Aku banyak mengetahui dia dari istri pertamaku itu. Begitu banyak hal yang menarik yang ditunjukkan calon istri keduaku itu, maka tak perlu waktu lama, akupun segera menikahinya.

Aku begitu bersemangat bergairah hidup bersama keduanya. Tak berhenti sampai disini kebahagiaanku. Kedua istriku itu membujukku untuk segera memperistri seorang wanita shalihah yang aku sendiri belum pernah mengenal dia sebelumnya, kecuali dari selembar biodata dan sedikit informasi dari sahabat dan keluarganya.

Karena aku sudah sangat percaya kepada kedua istriku itu, maka saat usiaku 27 tahun dengan mengucap bismillah aku menikahi istri ketigaku. Alhamdulillah lengkap sudah kebahagiaanku, apalagi di kemudian hari dari rahimnya terlahir 5 orang anak yang baik-baik, lucu dan membanggaka generasi Islam.

Tapi dibanding yang lainnya, istri ketiga ini paling banyak berkorban. Demi kedua istriku sebelumnya, dia lebih banyak mengalah untuk memberiku waktu lebih banyak bersama mereka. Dia sudah tahu bahwa aku menikahi istri pertama dan kedua atas dasar cinta, tapi aku menikahi istri ketigaku atas dasar cintaku pada kedua istriku pertamaku itu.

Cinta itu baru tumbuh belakangan, setelah kutahu bahwa dia begitu cinta kepadaku. Istri ketigaku pun sangat hormat, cinta dan sayang kepada dua istri pertamaku.

Istri pertamaku bernama “Ilmu”, dia begitu bercahaya dihatiku.

Istri keduaku bernama “Dakwah”, ia begitu menginspirasi gerak kehidupanku.

Dan istri ketigaku itulah istriku sebenarnya, yang rela menikah denganku atas bimbingan Ilmu dan Dakwah.

Semoga cinta ini kekal hingga ke surga.

“Ya Allah, ini adalah pembagianku dalam hal-hal yang aku miliki. Maka janganlah Engkau mencelaku pada sesuatu yang tidak aku miliki.” (HR. Bukhari). Wallahu ‘alam. BACA JUGA: Kisah Hikmah Nabi Ayub, Kesabaran Tanpa Batas. [M. Anis – WartaSolo.com]