Renungan Hidup “Sawang Sinawang”: Selain Allah Kehidupan Dunia Itu Tiada yang Pasti

sawang sinawang wartasolo.com

Renungan Hidup “Sawang Sinawang”: Selain Allah Kehidupan Dunia Itu Tiada yang Pasti. Bagi yang terlelap mengejar dunia sejenak saja kita merenung. Hidup di dunia memang sering melenakan. Apa itu “sawang sinawang”? Istilah bahasa jawa tersebut sering muncul di layar HP kita. Sawang sinawang memiliki makna simpel yaitu hanya Allah SWT yang pasti. Kekayaan, kecantikan, jabatan, anak-anak dan sederet keindahan di dunia tidaklah berujung pada kepastian kecuali disandarkan pada Allah.

Renungan ini layak hadir di tengah-tengah kesibukan dunia kita. Apa yang akan menjadi amalan terbaik kita sebagai bekal nanti? Sekaranglah saatnya memikirkan hal itu.

BACA JUGA:

MARILAH SEJENAK KITA MERENUNG!!!

Aku melihat hidup orang lain begitu nikmat. Ternyata ia hanya menutupi kekurangannya tanpa berkeluh kesah.

Aku melihat hidup teman-temanku tak ada duka dan kepedihan. Ternyata ia hanya pandai menutupi dengan mensyukuri.

Aku melihat hidup saudaraku tenang tanpa ujian. Ternyata ia begitu menikmati badai ujian dalam kehidupannya.

Aku melihat hidup sahabatku begitu sempurna. Ternyata ia hanya berbahagia “menjadi apa adanya”.

Aku melihat hidup tetanggaku beruntung. Ternyata ia selalu tunduk pada Allah untuk bergantung.

Maka aku merasa tidak perlu iri hati dengan rejeki orang lain. Mungkin aku tak tahu dimana rejekiku. Tapi rejekiku tahu dimana diriku.

Dimanapun kau riski. Kau akan datang karena Tuhan kita telah memrintahkan dirimu datang padaku.

Allah yang Maha Rahman menjamin rejekiku, sejak 9 bulan 10 hari aku dalam kandungan ibuku.

Amatlah keliru bila berkeyakinan rejeki dimaknai dari hasil bekerja. Karena bekerja adalah ibadah, sedang rejeki itu urusan-Nya.

Melalaikan kebenaran demi menghawatirkan apa yang dijamin-Nya, adalah kekeliruan berganda.

Manusia membanting tulang, demi angka simpanan gaji, yang mungkin esok akan ditinggal mati.

Mereka lupa bahwa hakekat rejeki bukan apa yang tertulis dalam angka, tapi apa yang telah dinikmatinya.

Rejeki tak selalu terletak pada pekerjaan kita, sang Pencipta menaruh berkat sekehendak-Nya. Ikhtiar itu perbuatan. Rejeki itu kejutan. Dan yang tidak boleh dilupakan, tiap hakekat rejeki akan ditanya kelak.

Darimana dan digunakan untuk apa? Karena rejeki hanyalah “Hak Pakai”, bukan “Hak Milik”

Kebaikan-kebaikan kita di dunia yang tidak disandarkan pada-Nya bukanlah menjadi catatan amal. BACA JUGA: Keistimewaan hari Jumat yang Sering Dilupakan. [M. Anis – WartaSolo.com]